Wednesday, June 30, 2010

Zikir, Doa, Taubat Dan Istigfar



1. Anjuran untuk ingat (berzikir) kepada Allah Taala

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (Shahih Muslim No.4832)



2. Tentang nama-nama Allah Taala dan keutamaan orang yang menghafalnya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Nabi saw. bersabda: Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu menghafalnya, maka dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah itu ganjil dan Dia menyukai yang ganjil. (Shahih Muslim No.4835)



3. Berteguh hati dalam berdoa dan tidak berdoa dengan ucapan: Jika Engkau berkenan

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang di antara kamu berdoa maka hendaklah dia berteguh hati dalam berdoa serta jangan pula dia berdoa dengan mengucapkan: Ya Allah! Jika Engkau sudi maka berilah aku. Sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksanya. (Shahih Muslim No.4837)



• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang di antara kamu berdoa, maka janganlah dia berkata: Ya Allah! Ampunilah aku jika Engkau sudi. Tetapi bersungguh-sungguhlah dia dalam memohon dan mohonlah perkara-perkara yang besar dan mulia (surga atau pengampunan), karena Allah tidak ada sesuatu pun yang besar bagi-Nya dari apa yang telah dianugrahkan. (Shahih Muslim No.4838)



4. Larangan mengharapkan kematian karena musibah yang menimpa

• Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya dan apabila dia memang harus mengharapkan, sebaiknya dia berkata: Ya Allah! Hidupkanlah aku selama kehidupan itu yang terbaik bagiku, dan matikanlah aku jika kematian itu yang terbaik bagiku. (Shahih Muslim No.4840)



• Hadis riwayat Khabbab ra.:

Dari Qais bin Abu Hazim ia berkata: Saya datang menemui Khabbab yang sedang menderita tujuh luka bakar di perutnya, lalu dia berkata: Seandainya Rasulullah saw. tidak melarang kita untuk memohon kematian niscaya aku telah memohonnya. (Shahih Muslim No.4842)



• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Janganlah seorang di antara kamu mengharapkan kematian dan jangan pula memohonnya sebelum kematian itu datang menjemputnya. Sesungguhnya apabila seorang di antara kamu meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya dan sesungguhnya usia seorang mukmin itu akan menambah kebajikan (bagi dirinya). (Shahih Muslim No.4843)



5. Barang siapa yang suka bertemu Allah, maka Allah akan suka bertemu dengannya dan barang siapa yang tidak suka bertemu Allah, maka Allah tidak akan suka bertemu dengannya

• Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah akan menyukai pertemuan dengannya, dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah tidak akan menyukai pertemuan dengannya. (Shahih Muslim No.4844)



• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah akan menyukai pertemuan dengannya. Dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah tidak akan menyukai pertemuan dengannya. Aku bertanya: Wahai baginda, bagaimana dengan kebencian terhadap kematian karena semua kita membenci kematian? Beliau menjawab: Bukan begitu, tetapi seorang mukmin apabila diberi kabar gembira dengan rahmat Allah, keridaan dan surga-Nya, maka dia akan senang bertemu dengan Allah dan Allah akan senang bertemu dengannya. (Shahih Muslim No.4845)



• Hadis riwayat Abu Musa ra.:

Nabi saw. bersabda: Barang siapa yang menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah menyukai pertemuan dengannya. Dan barang siapa yang tidak menyukai pertemuan dengan Allah, maka Allah tidak akan menyukai pertemuan dengannya. (Shahih Muslim No.4848)



6. Makruh berdoa agar segera diturunkan siksaan di dunia

• Hadis riwayat Anas ra.:

Bahwa Rasulullah saw. menjenguk seorang lelaki kaum muslimin yang telah lemah sekali sehingga (keadaannya) seperti anak burung. Rasulullah saw. bertanya kepada lelaki itu: Apakah kamu pernah berdoa memohon sesuatu? Lelaki itu menjawab: Ya, aku berdoa: Ya Allah! Apa yang hendak Engkau siksa aku di akhirat, maka laksanakanlah segera di dunia. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Maha Suci Allah! Kamu tidak akan kuat atau tidak akan mampu menanggungnya. Kenapa kamu tidak berdoa dengan: Ya Allah! Berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta jagalah kami dari siksa neraka. Ia (Anas) berkata: Kemudian Rasulullah saw. berdoa kepada Allah untuknya sehingga Allah pun menyembuhkannya. (Shahih Muslim No.4853)



7. Keutamaan majelis zikir

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka mendapati satu majelis zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu.



Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu.



Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan. Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka. (Shahih Muslim No.4854)



8. Keutamaan membaca tahlil, membaca tasbih dan berdoa

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang membaca: "Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian serta Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu", setiap hari sebanyak seratus kali, maka dia akan mendapat pahala yang sama besarnya dengan membebaskan sepuluh orang budak dan akan dicatat untuknya seratus kebajikan serta dihapus darinya seratus keburukan. Baginya hal itu adalah satu perlindungan dari setan mulai dari pagi hari sampai sore. Tidak ada seorang pun yang lebih utama dari orang yang melakukan hal itu kecuali orang yang lebih banyak dari itu. Barang siapa yang membaca: "Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya", sebanyak seratus kali setiap hari, maka akan terhapuslah semua dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di lautan. (Shahih Muslim No.4857)



• Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari ra.:

Dari Nabi saw., beliau bersabda: Barang siapa yang membaca: "Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Yang tiada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nyalah segenap kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu", sebanyak sepuluh kali, maka dia laksana orang yang telah memerdekakan empat orang budak dari putra Ismail. (Shahih Muslim No.4859)



• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Dua kalimat yang ringan untuk diucapkan, tetapi berat dalam timbangan dan disukai oleh Allah Yang Maha Pengasih, yaitu: "Maha Suci Allah dengan segala pujian-Nya dan Maha Suci Allah Tuhan Yang Maha Agung". (Shahih Muslim No.4860)



9. Anjuran merendahkan suara ketika berzikir

• Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:

Ketika kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan, mulailah orang-orang mengeraskan suara mereka dalam membaca takbir lalu bersabdalah beliau: Wahai manusia, rendahkanlah suara kamu sekalian! Karena kamu sekalian sesungguhnya tidak sedang memohon kepada yang tuli maupun yang gaib bahkan kamu sekalian sedang memohon kepada Tuhan Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat Yang selalu bersama kamu sekalian. Aku pada saat itu berada di belakang beliau sambil mengucapkan: "Laa haula wa laa quwata illa billah", (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berkat bantuan Allah). Rasulullah saw. berkata: Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan kepada salah-satu kekayaan surga yang tersimpan? Aku menjawab: Tentu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Yaitu ucapan: "Laa haula wa laa quwata illa billah". (Shahih Muslim No.4873)



• Hadis riwayat Abu Bakar ra.:

Bahwasanya ia pernah berkata kepada Rasulullah saw.: Ajarkanlah kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam salatku. Beliau bersabda: Bacalah! "Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, suatu penganiayaan yang cukup besar", menurut Qutaibah penganiayaan yang banyak, "Dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Berikanlah kepadaku ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih". (Shahih Muslim No.4876)



10. Mohon perlindungan dari kelemahan, kemalasan dan lainnya

• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:

Rasulullah saw. biasa berdoa: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, menyia-nyiakan usia dan dari sifat kikir. Aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan dari fitnah kehidupan serta kematian. (Shahih Muslim No.4878)



11. Mohon perlindungan dari takdir yang buruk dan kesengsaraan serta lainnya

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. selalu memohon perlindungan dari takdir yang jelek, bencana kesengsaraan, kejahatan musuh serta dari cobaan yang sangat berat. (Shahih Muslim No.4880)



12. Doa ketika akan tidur dan berbaring di atas peraduan

• Hadis riwayat Barra' bin Azib ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila kamu hendak berbaring ke tempat peraduanmu, maka berwudulah seperti wudu untuk salat, kemudian berbaringlah di atas sisi kananmu lalu bacalah doa: (Ya Allah! Sesungguhnya aku menyerahkan diriku kepada-Mu, dan aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, dan aku baringkan tubuhku ke hadapan-Mu karena mengharapkan pahala-Mu dan takut akan siksa-Mu, tidak ada tempat berlindung dan tidak ada pula yang dapat menyelamatkan diri kecuali kembali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab-Mu yang Engkau turunkan dan dengan nabi-Mu yang Engkau utus). Jadikanlah semua itu sebagai ucapanmu yang terakhir karena apabila kamu mati pada malam itu, maka kamu telah mati dalam keadaan fitrah. (Barra') berkata: Aku mengulang-ulangi kalimat-kalimat tersebut untuk mengingatnya. Aku ucapkan: Aku beriman kepada rasul-Mu yang Engkau utus. Rasulullah saw. bersabda: Ucapkanlah! Aku beriman dengan nabi-Mu yang telah Engkau utus. (Shahih Muslim No.4884)



• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang dari kamu sekalian ingin berbaring ke tempat tidurnya, maka hendaklah ia memegang ujung kainnya lalu kirapkanlah tempat tidurnya (menghilangkan debu) serta bacalah bismillah, sebab dia tidak mengetahui apa yang tinggalkan setelahnya di atas tempat tidurnya itu. Kemudian jika ia hendak berbaring, maka berbaringlah di atas sisi kanannya dan bacalah doa: "Maha Suci Engkau, ya Allah Tuhanku, karena Engkaulah aku membaringkan tubuhku dan karena Engkau pulalah aku mengangkatnya. Apabila Engkau mencabut jiwaku, maka ampunilah ia dan apabila Engkau melepaskannya (menghidupkan) maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang saleh". (Shahih Muslim No.4889)



13. Mohon perlindungan dari kejahatan yang dilakukan dan yang belum dilakukan

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:

Bahwa Rasulullah saw. pernah berdoa dengan membaca: "Ya Allah, kepada-Mulah aku berserah diri dan kepada-Mulah aku beriman, terhadap-Mu aku bertawakkal dan kepada-Mu aku kembali serta dengan (pertolongan) Engkau aku berperang. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada Tuhan selain Engkau, agar Engkau tidak menyesatkan aku, Engkaulah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati sedang jin dan manusia semuanya akan mati". (Shahih Muslim No.4894)



• Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra.:

Bahwa Nabi saw. selalu berdoa dengan membaca: "Ya Allah, ampunilah kesalahan dan kebodohanku, dan juga sikap berlebihanku dalam segala urusanku dan segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah! Ampunilah kesungguhanku dan kelakarku, dan ketidaksengajaanku dan kesengajaanku serta semua yang ada di sisiku. Ya Allah, ampunilah dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, yang aku lakukan secara sembunyi maupun yang aku lakukan secara terang-terangan serta segala yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Engkaulah Yang Maha Mendahului dan Yang Maha Mengakhiri dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Shahih Muslim No.4896)



• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. berdoa: "Tidak ada Tuhan selain Allah semata, Tuhan Yang memenangkan tentara-Nya, Tuhan Yang menolong hamba-Nya, Tuhan Yang mengalahkan golongan-golongan kafir, maka tidak ada sesuatu pun (yang abadi) selain-Nya". (Shahih Muslim No.4903)



14. Bertasbih pada permulaan siang dan ketika hendak tidur

• Hadis riwayat Ali bin Abu Thalib ra.:

Bahwa Fatimah mengeluhkan tangannya (yang terluka) akibat alat penumbuk biji-bijian. Dan Nabi saw. mendapatkan seorang tawanan (untuk dijadikan pelayan), maka berangkatlah Fatimah menemui Nabi saw. namun ia tidak menjumpai beliau tetapi ia bertemu dengan Aisyah, lalu diceritakanlah maksud kedatangannya kepada Aisyah. Ketika Nabi saw. datang, Aisyah menceritakan kepada beliau tentang kedatangan Fatimah. Nabi saw. segera menemui kami pada saat kami telah berbaring di tempat tidur, kemudian kami pun beranjak bangun ingin menghampiri beliau tetapi Nabi saw. berkata: Tetaplah di tempat kalian! Lalu beliau duduk di antara kami berdua sehingga aku dapat merasakan di dadaku dinginnya telapak kaki beliau. Kemudian beliau bersabda: Maukah kamu berdua aku ajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kamu berdua minta yaitu ketika kalian hendak berbaring ke tempat tidur, bacalah takbir sebanyak tiga puluh empat kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali serta tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali karena hal itu lebih baik bagi kamu berdua daripada seorang pelayan. (Shahih Muslim No.4906)



15. Anjuran berdoa ketika mendengar suara ayam jantan

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Nabi saw. bersabda: Jika kamu sekalian mendengar suara kokok ayam jantan, maka mohonlah karunia Allah karena sesungguhnya binatang tersebut telah melihat malaikat dan jika kamu sekalian mendengar suara ringkikan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan, karena binatang tersebut telah melihat setan. (Shahih Muslim No.4908)



16. Doa ketika tertimpa kesusahan

• Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:

Bahwa Nabi saw. ketika tertimpa Kesusahan, beliau berdoa: "Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Memiliki Arsy nan Agung, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan segenap langit, Tuhan bumi serta Tuhan Arsy nan Mulia". (Shahih Muslim No.4909)



17. Menerangkan seorang yang berdoa akan dikabulkan selama dia tidak cepat berkata: Aku telah berdoa tetapi tidak dikabulkan

• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Akan dikabulkan doa seseorang di antara kamu sekalian selama dia tidak terburu-buru berkata: Aku sudah berdoa, tetapi aku tidak atau belum dikabulkan. (Shahih Muslim No.4916)

18. Tentang mayoritas ahli surga adalah dari orang-orang miskin dan mayoritas ahli neraka dari kaum wanita serta mengenai fitnah kaum wanita



• Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Aku berdiri di depan pintu surga, tiba-tiba aku melihat mayoritas yang memasukinya adalah orang-orang miskin dan aku juga melihat para penguasa (di dunia) dalam keadaan tertahan, kecuali penghuni neraka yang telah diperintahkan kepada mereka untuk memasuki neraka. Dan aku juga berdiri di depan pintu neraka, ternyata mayoritas yang memasukinya adalah dari kaum wanita. (Shahih Muslim No.4919)



• Hadis riwayat Imran bin Hushain ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya yang paling sedikit menempati surga adalah kaum wanita. (Shahih Muslim No.4921)

• Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Aku tidak meninggalkan satu fitnah pun setelahku yang lebih membahayakan kaum lelaki daripada kaum wanita. (Shahih Muslim No.4923)



19. Kisah tiga orang penghuni gua dan tawasul dengan amal saleh

• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:

Dari Rasulullah saw., beliau bersabda: Ketika tiga orang pemuda sedang berjalan, tiba-tiba turunlah hujan lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua yang terdapat di perut gunung. Sekonyong-konyong jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung menutupi mulut gua yang akhirnya mengurung mereka. Kemudian sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: Ingatlah amal saleh yang pernah kamu lakukan untuk Allah, lalu mohonlah kepada Allah dengan amal tersebut agar Allah berkenan menggeser batu besar itu. Salah seorang dari mereka berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku mempunyai kedua orang tua yang telah lanjut usia, seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil di mana akulah yang memelihara mereka.



Setelah aku mengandangkan hewan-hewan ternakku, aku segera memerah susunya dan memulai dengan kedua orang tuaku terdahulu untuk aku minumkan sebelum anak-anakku. Suatu hari aku terlalu jauh mencari kayu (bakar) sehingga tidak dapat kembali kecuali pada sore hari di saat aku menemui kedua orang tuaku sudah lelap tertidur. Aku pun segera memerah susu seperti biasa lalu membawa susu perahan tersebut. Aku berdiri di dekat kepala kedua orang tuaku karena tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur namun aku pun tidak ingin meminumkan anak-anakku sebelum mereka berdua padahal mereka menjerit-jerit kelaparan di bawah telapak kakiku. Dan begitulah keadaanku bersama mereka sampai terbit fajar. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukalah sedikit celahan untuk kami agar kami dapat melihat langit. Lalu Allah menciptakan sebuah celahan sehingga mereka dapat melihat langit.



Yang lainnya kemudian berdoa: Ya Allah, sesungguhnya dahulu aku pernah mempunyai saudara seorang puteri paman yang sangat aku cintai, seperti cintanya seorang lelaki terhadap seorang wanita. Aku memohon kepadanya untuk menyerahkan dirinya tetapi ia menolak kecuali kalau aku memberikannya seratus dinar. Aku pun bersusah payah sampai berhasillah aku mengumpulkan seratus dinar yang segera aku berikan kepadanya. Ketika aku telah berada di antara kedua kakinya (selangkangan) ia berkata: Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu merenggut keperawanan kecuali dengan pernikahan yang sah terlebih dahulu. Seketika itu aku pun beranjak meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mencari keridaan-Mu, maka ciptakanlah sebuah celahan lagi untuk kami.



Kemudian Allah pun membuat sebuah celahan lagi untuk mereka. Yang lainnya berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku pernah mempekerjakan seorang pekerja dengan upah enam belas ritel beras (padi). Ketika ia sudah merampungkan pekerjaannya, ia berkata: Berikanlah upahku! Lalu aku pun menyerahkan upahnya yang sebesar enam belas ritel beras namun ia menolaknya. Kemudian aku terus menanami padinya itu sehingga aku dapat mengumpulkan beberapa ekor sapi berikut penggembalanya dari hasil padinya itu. Satu hari dia datang lagi kepadaku dan berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu menzalimi hakku! Aku pun menjawab: Hampirilah sapi-sapi itu berikut penggembalanya lalu ambillah semuanya! Dia berkata: Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olokku! Aku pun berkata lagi kepadanya: Sesungguhnya aku tidak mengolok-olokmu, ambillah sapi-sapi itu berikut penggembalanya! Lalu ia pun mengambilnya dan dibawa pergi.



Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu untuk mengharap keridaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sedikit celahan lagi yang tersisa. Akhirnya Allah membukakan celahan yang tersisa itu. (Shahih Muslim No.4926

maqam-maqam roh



MAQAM AN-NAFS

Dalam perjalanan hidup di dunia ini,fizikal kita melalui peringkat-peringkat atau maqam-maqam iaitu peringkat bayi, peringkat kanak-kanak, peringkat muda dan peringkat tua. Demikian juga roh itu melalui peringkat-peringkat evolusi atau maqam yang tertentu.



Perkataan Arab bagi maqam itu ialah maqam (banyak: maqamat) yang bererti tempat berhenti dan berehat sebentar, tempat kediaman, wisma, tinggal, kehormatan, jabatan, keadaan, nada muzik dan soalan. Sebenarnya pendudukan maqam oleh roh adalah semuanya itu dan kadang-kadang lebih daripada itu.



Maqam roh itu dimasuki pada waktu lahir lagi, dan seluruh hayat ini menduduki satu daripada maqam-maqam tersebut, miskipun ada peralihan dari satu maqam ke maqam yang lain. Susunan itu dari bawah keatas adalah seperti berikut:

Maqam an-nafs = Maqam egotisma ( maqam nafsu )
Maqam al-qalb = Maqam hati
Maqam al-roh = Maqam roh
Maqam as-Sirr = Maqam rahsia (ketuhanan)
Maqam al-Qurb = Maqam kehampiran (dengan ALLAH)
Maqam al-Wisal = Maqam kesatuan (dengan ALLAH)



Dari semenjak lahir kita sentiasa berjuang dan berusaha memajukan roh. Kemajuan dalam usaha ini boleh ditanda dan diukur dengan merujuk kepada maqamat (maqam-maqam) tersebut. Memang bukan semua orang mencapai maqam itu. Dan bukanlah badan yang mengembara disitu tetapi roh.



Roh itu juga bermaksud nafas ALLAH, malaikat Jibril, Al-Qur’an, Wahyu dan kenabian. Menurut orang sufi, roh itu adalah zat hidup, bukan badan atau otak dengan fikiran dan ingatannya, bukan juga proses-proses hayat ini. Roh mempunyai wujud tersendiri yang datang dari ALLAH dan milik ALLAH semata-mata.



Apabila kita bertanya apakah rasanya buah delima, “maka jawabnya ialah rasanya seperti rasanya juga”. Jawapan itu tidak cukup untuk memuaskan hati, tetapi kerana keunikan dan tersendiri keadaannya, rasanya juga tidak dapat untuk diumpamakan dengan rasa-rasa yang lain. Demikian juga dengan roh.



Roh atau zat itu dapat dibuktikan wujudnya melalui penzahiran atau manifestasinya. Kita ambil contoh iaitu ‘tarian’. Tarian wujudnya tidak secara konkrit (dapat dilihat, disentuh, dan sebagainya). Ia lahir dalam bentuk rentak, tempo, corak, gerak-geri dan sebagainya. Begitulah perumpamaan tarian dan penarinya. Roh dan jasad. Roh manusia memerlukan penzahiran (rentak dan corak) untuk terzahir dalam alam fizikal (jasmaniah). Roh itu berbeza dari nafas. Nafas ialah tenaga ketuhanan yang menggiat atau mengerakkan fenomena atau kejadian jasmaniah dalam badan termasuk proses mental. Roh itu lebih tinggi darjatnya dari nafas dan lebih dekat dirasai.



Matahari, batu api, mancis dan sebagainya ada zat api padanya. Semuanya ada zat yang sama, tetapi bentuk fizikalnya berbeza-beza, dan setiap satu terletak di peringkat evolusi berbeza iaitu maqam yang berbeza. Hakikat zat api itu ialah sebahagian dari Nur ALLAH (cahaya ALLAH)



Setiap manusia ada roh, tetapi roh seseorang itu tidak sama dengan roh seorang yang lain. Seorang yang kufur tidak sama dengan seorang Waliyullah. Ada roh yang lebih suci daripada roh yang lain.



Setiap orang lahir dalam “maqam nafsu” dan inilah maqam yang pertama dalam hidup di dunia ini. Bayi yang hanya hendak memenuhi keperluan jasmaniahnya semata-mata. Dan memerlukan makanan dan minuman, perlu digendung. Dia akan menangis untuk menyatakan kehendaknya. Dia tidak tahu akibat perbuatannya. Bayi memecahkan sesuatu benda yang dianggap sangat bernilai oleh orang dewasa dan dia ketawa melihat keadaan itu.



Seseorang dalam pertumbuhan awal hanya semata-mata mementingkan hawa nafsu kehaiwanannya, makan minuman dan segala jenis ransangan nafsu. Semua ini adalah keadaan yang dikurniakan ALLAH yang diperlukan oleh mereka. Bayi dan kanak-kanak di pasaraya dengan sengaja memecahkan barangan yang dipamerkan di situ, orang tidak marah. Tetapi sekiranya orang dewasa yang melakukan dengan sengaja perbuatan yang sedemikian pastilah tindakan akan diambil keatasnya.



Dalam maqam nafsu, daya pertimbangan akan dan pemikiran belum maju lagi. Daya ini datang kemudian. Dalam proses pertumbuhan anak itu, ibu bapanya atau masyarakat sekeliling biasanya memberi pengaruh kepada perangainya. Dengan kata lain, anak itu berlajar mengikut sifat-sifat yang tertentu. Siapa yang menyimpang daripada jurusan itu akan ditentang dengan pelbagai halangan yang menyusahkan.



Adalah perkara biasa dan memang difahami bahawa kana-kanak memang berada dalam peringkat maqam nafsu ini. Sebagai mana kanak-kanak itu membesar dan merangkak, badan bertambah matang, tindakan fizikal bertambah licin, maka bergitu jugalah kita mengharapkan rohnya berkembang maju dan meningkat ke atas melebihi maqam nafsu itu.



Al-Qur’an menerangkan cara-cara bagaimana memajukan dan mempertingkatkan roh. Cara hidup yang ditonjolkan oleh Al-Qur’an itu digelar As-Sirat al-Mustaqim (jalan yang lurus)

Bagi orang sufi, tujuan hidup ini ialah mengembara menuju kepada ALLAH. Untuk berbuat demikian hendaklah dengan cara yang munasabah dan boleh membawa kejayaan dan juga yang paling cepat sampai. Oleh itu, jalan lurus adalah jalan yang paling dekat antara dua tempat- maqam an-nafs dengan maqam al-Wissal (iaitu maqam kesatuan dengan ALLAH). Paling dekat dan paling cepat sampai.



Ramai orang yang telah dewasa dan tua bangka tetapi rohnya masih diperingkat maqam an-nafs. Orang seperti ini tidak pernah merasa puas dan tidak pernah merasa kenyang untuk memenuhi kehendak nafsu. Jika manusia berapa terlalu lama dalam peringkat ini, ia boleh menimbulkan banyak penyakit emosi dan fizikal yang teruk. Ketakutan, keresahan batin, keraguan pada diri sendiri, mementingkan diri sendiri, akal tidak siuman, menangis tanpa sebab, putus asa, penyakit saraf, penyakit jantina, membunuh diri – semuanya penyakit emisi yang berkaitan dengan “maam an-nafs”, jika seorang itu berada terlalu lama dalam maqam ini hingga ke tua.



Penyakit fizikal yang bersangkutan dengan “maqam an-nafs” kadang-kadang berlaku serentak dengan penyakit-penyakit emosi dan psikologi. Tetapi bagi badan akibat terlalu lama dalam peringkat ini akhirnya boleh menimbulkan penyalahgunaan dadah, ketagihan arak, jenayah, terlalu gemuk, hypoglycemia, buta dan penyakit mata, demam kuning, penyakit jantung, penyakit kelamin dan kanser. Keadaan ini akibat daripada kegagalan mengawal dengan sempurna satu atau lebih fungsi-fungsi nafs badaniah. Mungkin orang tidak percaya dan berkata bahawa dia mengenali seorang yang sangat baik akhlaknya tetapi mengidap penyakit lemah jantung. Dengan mengetahui maqam-maqam selanjutnya berkenaan evolusi roh (perjalanan roh) akan menjelaskan perkara ini sepenuhnya.



Cara untuk melepaskan diri dari maqam an-nafs dan maju lagi ketingkat yang lebih atas ialah mendisiplinkan dan melatih egi diri dan nafsu. Ini bererti mempertingkatkan kuasa iradat, tanggungjawab, pertimbangan akal, belas kasihan dan sopan santun, dan lain-lain sifat yang baik. Apabila seseorang itu mendapat mengawal nafsu dan meniggalkan peringkat maqam itu, ia akan sampai ke “maqam al-qalb” atau maqam hati.



MAQAM AL-QALB

Perkataan Arab bagi hati ialah “QALB”. Perkataan ini mempunyai maksud yang luas dan mulia iaitu hati, fikiran (minda) roh, kefahaman, akal (intelek), intisari, tulang sumsum, tengah, bahagian yang paling baik dipilih, teras, tulin dan suci. Qalb itu juga membawa makna susunan, menukar keadaan atau menjadi. Bagi orang sufi, hati itu adalah alat atau cara di mana mlaluinya semua perubahan itu terjadi.



Mereka yang menduduki (maqam hati) memiliki kebaikan. Mereka berasa baik tentang diri dan alam ini. Orang dalam maqam ini akan berkata, “Aku hendak membuat yang baik-baik saja dalam dunia ini. Aku mencintai alam semula jadi dan akan menerima semua orang. Alagkah indahnya kehidupan ini !”



Memandangkan sikap yang baik terhadap hidup ini, mungkin kita menganggap orang dalam “maqam al-qalb” ini tidak ditimpa penyakit. Tetapi sebaliknya yang terjadi. Orang dalam maqam ini masih boleh diserang oleh ketidak seimbangan emosi dan fizikal dan juga spiritual (kerohanian). Penyakit emosi dan roh ini termasuklah tidak boleh menumpukan fikiran (kosentrasi), lupa, takut gagal, kemunafikan jenis tertentu, emosi yang melampau seperti ekstasi (tidak sedar diri), perasan putus asa, seronok dan marah yang melampau, sombong dan tidak perduli perasaan orang lain.



Miskipun adanya aspek yang positif dalam maqam ini, namun ia masih dalam maqam kedua dalam perjalanan roh. Peringkat ini menimbulkan pergolakan emosi yang hebat, seperti perceraian antara suami isteri atau masalah perhubungan dengan orang lain, dan juga kesukaran dari segi kewangan. Ini disebabkan orang itu merasai tekanan ekstasi (dzauk) iaitu perasaan keghairahan baru yang menguasai kehidupan seseorang itu. Ramai rakan yang baik dengan orang itu sebelum ini tidak lagi setuju dengan pendapatnya dan bertambah rengganglah persahabatan mereka kerana timbul berbagai-bagai perselisihan faham dan sebagainya, setelah dia sampai ke maqam hati ini. Ramailah saudara dan kenalannya yang tidak mahu bercampur dengannya lagi.



Ada juga terjadi masalah fizikal pada orang-orang dalam peringkat ini. Penyakit dalam peringkat ini sangat teruk, kerana badan sedang melalui proses pembersihan dan dalam proses membuang racun dan benda-benda yang tidak berguna yang terkumpul dalam peringkat sebelumnya. Oleh itu penyakit orang dalam maqam al-qalb ini ialah sakit kepala, rasa hendak muntah, sakit-sakit dan lenguh seluruh badan, keracunan badan (pecah-pecah kulit, penyakit kulit kepala), demam, sakit pada pundit hempedu dan sakit buah pinggang.



Penyakit dalam maqam an-nafs biasanya sangat teruk dan selalunya tidak dapat disembuhkan, tetapi dalam maqam al-qalb, badan itu sendiri merawat dan menyembuhkan penyakit itu. Hamper semua adalah tanda-tanda satu atu lebih jenis krisis penyembuhan yang dilalui oleh badan dalam menyembuhkan dirinya sendiri. Proses ini mungkin tidak digemari tetapi faedahnya besar.



Adalah sukar mengembara terus ke maqam-maqam yang lebih tinggi lagi jika tidak ada guru yang benar-benar mursyid. Di bawah pimpinan guru, kita boleh bergerak terus keperingkat yang atas lagi iaitu “maqam ar-roh” (maqam roh), dengan mengikut pelbagai amalan untuk memajukan sifat-sifat kasih sayang, pertimbangan dan disiplin diri hingga ketahap kesempurnaan.



MAQAM AL-ROH

Tidak syak lagi maqam al-roh ini ialah peringkat yang diberkati, dan orang yang menduduki peringkat ini dilihat oleh orang lain sebagai orang yang berwatak cinta dan bersifat ketuhanan, tetapi masih ada lagi ketidak seimbangan fizikal dan emosi, yang mana adalah sebahagian daripada alat atau mekanisma yang dengannya seseorang itu sampai kepada ALLAH. Keadaan ini mendalamkan iman. Persoalan emosi “maqam ar-roh” termasuklah sombong, megah kurang konsentrasi, pening-pening, sikap tidak bersungguh-sungguh dan kadang-kadang menghina orang lain. Inilah penyakita-penyakit dalam maqam ini tetapi bukanlah perangai orang yang seimbang dalam maqam ini. Ketidakseimbangan ini boleh terjadi apabila orang itu belum lagi sampai ketahap yang seluruhnya bebas dari kehendak-kehendak nafsu.



Suatu ketika apabila seorang ahli sufi yang sangat terkenal pada zamannya iaitu Syeikh Abdul Qadir Jilani r.a telah dianggap orang sebagai syeikh kerohanian yang besar, didatangi suatu lembaga yang mahu merosakkan akidah beliau dengan memberitahu yang beliau ( Syeikh Abdul Qadir Jilani ) sekarang tidak perlu lagi bersolat kerana beliau telah mencapai maqam yang tinggi. Tetapi dengan pimpinan ALLAH S.W.T dan ketinggian ilmu beliau. Syeikh Abdul Qadir Jilani telah membaca sepotong ayang Al-Qur’an yang menunjukkan bahawa lembaga itu sebenarnya syaitan. Ini menunjukkan bahawa makin jauh seseorang itu mengembara dalam jalan tareqat kerohanian maka makin banyak dia digangu oleh syaitan.



Setengah dari ketidakseimbangan dalam maqam ini mudah dikawal, tetapi setengahnya tidak. Satu daripada sifat yang paling sukar dan bahaya ialah sombong atau bongkak. Inilah sikap yang suka memuji diri sendiri. Dia akan berkata, “Aku lebih baik daripada orang lain. Aku solat sepanjang hari, aku berpuasa, aku takafur. Aku melihat semua orang seperti sampah. Mereka semuanya berdosa.” Tetapi sikap ini bahaya, kerana ini mengotorkan kesucian kerohaniannya. Perlu diingati setiap orang maju kesatu tahap tertentu dalam perjalanan kerohanian dengan izin ALLAH. TIDAK KIRA BAGAIMANA TENGGELAMNYA SESEORANG ITU DALAM KEHIDUPAN DUNIA INI NAMUN DIDALAM JIWA MEREKA MASIH TETAP ADA PANCARAN KETUHANAN. Mereka juga boleh maju. Orang-orang dijalan lurus yang tulin tidak akan mencaci orang lain. Sepatutnya mereka yang belum sedar itu dipimpin keluar dari jalan yang sesat masuk ke jalan yang benar dan lurus.



Ada sedikit masalah jasmaniah (fizikal) yang berkaitan dengan maqam roh ini, termasuklah mabuk sendiri (akibat malas bernafas yang keterlaluan), beberapa jenis ransangan urat saraf, keletihan, selera tidak normal dan juga demam.

Ada dua bentuk demam: pertama , terjadi dalam maqam nafsu. Hati jasmani itu panas yang ditimbulkan oleh badan kerana menapis dan memproses kotoran yang berlebihan. Demam jenis yang kedua terjadi dalam maqam yang diatas lagi dan ini merupakan pembersihan rohani yang dalam yang menyebabkan sebagaimana sabda Nabi Muhammad s.a.w “Dosa itu jatuh berguguran seperti daun yang gugur dari pokok”. Demam ini membakar kotoran do peringkat roh. Bahkan sebahagian daripada nabi-nabi pun tertakluk pada demam-demam. Orang soleh yang mengalami demam pada peringkat ini bukanlah sedang dirawat kerana perbuatan dosa mereka. Seorang ahli sufi pernah berkata , “Pada awalnya anda taubat daripada lupa kepada ALLAH walaupun satu saat”. Keadaan inilah yang dirawat dalam “maqam ar-roh”.



Ada juga terjadi orang dalam maqam ini menjadi gila jika ia tiada guru. Mereka mungkin jatuh ke jurang “khayal sendirian”. Wahai orang-orang yang mencari, janganlah kamu hanya rehat di satu-satu maqam saja atau menyangka kamu tidak akan jatuh balik ke maqam yang di bawah.



Apabila tabib kerohanian merawat seseorang pesakit maka jelaslah bahawa beliau memberi rawatan yang berbeza. Waliyullah dirawat dengan cara yang lain dan orang biasa dirawat dengan cara yang lain, walaupun mereka mengatakan mereka mempunyai penyakit yang sama. Demam contohnya.



Persoalan yang mungkin timbul adakah seseorang itu boleh bertindih atau beselisih maqam. Ini tidak berlaku. Maqam itu ialah tempat berhenti rehat. Oleh itu, apabila seseorang itu masuk ke satu maqam, ia akan berada di situ hingga meninggal dunia atau hingga naik ke maqam atas lagi atau undur balik ke maqam yang dibawah. Walau bagaimanapun ada banyak keadaan tau hal yang terjadi dalam sesuatu maqam. Hal bermaksud “pertukaran” dan dikaitkan juga perkataan ini melalui bunyi kepada hal yang bererti melepas ikatan atau melarutkan. Dalam pengertian ini, seseorang itu hilang pengaruh deria seperti dzauk semasa mereka berzikir hingga kadang-kadang mereka jatuh tidak sedar diri dan dapat memandang seketika kealam hakikat dan makrifat.



MAQAM AS-SIRR

Maqam keempat ialah “maqam as-sirr”. Inilah maqam rahsia-rahsia Ketuhanan. Perkataan sirr (banyak: asrar) adalah berkenaan dengan rahsia paling besar, yang tidak dapat difikirkan, dan apabila dialami sukar dipercayai. Perkataan ini juga mempunyai maksud yang lain, misalnya bersatu, bahagian tengah atau paling baik pada sesuatu, tanah paling kaya, akar, asal dan pusara.



Inilah maqam yang dimaksudkan oleh ALLAH dalam firman-Nya , “Ada hamba-hamba-Ku yang tertentu yang tidak berhenti-henti berusaha menghampiri-Ku dengan ibadat-ibadat sunat sehingga Aku menjadi mulut yang dengannya mereka berkata-kata, mata yang dengannya mereka melihat, telinga yang dengannya mereka mendengar, tangan yang dengannya mereka memegang dan kaki yang dengannya mereka melangkah”. Mereka yang bernasib baik dalam maqam ini diletakkan di tempatnya masing-masing. Mereka diberi kuasa pendengaran batin iaitu daya luar biasa pendengaran dan dapat membaca fikiran orang lain. Malaikat datang kepada mereka dengan perkhabaran-perkhabaran dari alam ghaib.



Suatu hari orang bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. “Untuk apakah alam semesta raya ini dijadikan ALLAH? Bagaimanakan ia wujud?”.
Nabi menjawab, “Aku tidak tahu jawapannya. Aku akan bertanya dulu kepada Malaikat Jibril”.
Nabi pun bertanya kepada Jibril yang memberi jawapan demikian, “Aku tidak tahu, aku akan bertanya kepada ALLAH”.
Lalu Jibril pun bertanya kepada ALLAH S.W.T. kemudian ia kembali membawa firman ALLAH. “Kami ciptakan langit hanya untuk memberi pemandangan yang indah-indah dan untuk hiburan bagi makhluk, dan untuk mempamirkan keagungan dan kekuasaan Kami dan diciptakan bintang-bintang yang berkelipan untuk mempertingkatkan jiwa makhluk dan mengembirakan mereka dan menyebabkan mereka kagum dan terpesona dengan ciptaan ALLAH S.W.T.”



Apabila ALLAH ditanya bagaimana Dia membuat semua ini, Jibril melaporkan bahawa ALLAH berfirman, “Aku tidak jadikan manusia itu berupaya untuk mengetahui bagaimana Aku buat semua itu. Walau Aku beritahu kepadamu, kamu tidak akan faham tetapi tatkala bercerai nyawa dengan badan, tatkala itu hijab telah tersingkap, kamu akan melihat bagaimana ia dibuat dan kamu akan hairan dan takjub dengan kebijaksanaan-Ku. Akulah pencipta yang paling baik. Sebagaimana Aku jadikan langit itu dengan rumit dan komplek sekali, maka bergitu jugalah Aku menjadikan diri manusia itu lebih hebat dan rumit lagi”.



Nabi Muhammad s.a.w yang sudah pasti berada di maqam yang paling tinggi dapat menerima perkhabaran sedemikian. Peringkat yang tinggi dan anugerah ini tidak dicapai oleh orang biasa.

Orang yang masuk ke “maqam as-sirr” telah lulus ujian yang paling sukar dan mereka tidak lagi mencari aspek kehidupan yang ditunggangi oleh hawa nafsu. Mereka tidak lagi berusaha mencari kemasyuran, kekayaan atau keghairahan perasaan. Mereka hidup kerana ALLAH dan untuk ALLAH. Mereka berhubung rapat dan mesra dengan ALLAH dan dengan penghuni langit. Namun mereka tetap manusia biasa. Beberapa kejadian fizikal dan emosi memang ada terjadi pada peringkat ini. Tidaklah benar mengatakan kejadian-kejadian ini sebagai “penyakit” tetapi adalah ketidakseimbangan atau sampingan yang menyebabkan seseorang turun dari peringkat ini atau menjadi lemah dalam maqam ini dan tidak berterusan lagi untuk mencapai tujuan atau matlamat iaitu ALLAH S.W.T. Ketidak seimbangan utama “maqam as-sirr” ini termasuklah penafsiran palsu tentang fenomena (kejadian luar biasa) Ketuhanan, tidak rasional, kurang minat dengan kehidupan duniawi, sakit hati dan jasmani serta rasa membara hati jasmani.



Seseorang yang berada dalam maqam di bawah tidak boleh biasanya melompat beberapa maqam diatasnya. Diumpamakan seorang kanak-kanak boleh memandu basikal tetapi tentu tidak mampu memandu kapal terbang. Ini bukan bererti hendak merendah-rendahkan kanak-kanak itu dan mengagung-agungkan juruterbang itu. Tetapi seseorang yang telah mencapai maqam tertentu boleh berfungsi dalam maqam-maqam dibawahnya dan memahami maqam-maqam itu. Seperti juga seorang juruterbang yang boleh menunggang basikal diwaktu kanak-kanak boleh untuk terus menunggang basikal pada waktu dewasanya.



Penipuan diri sendiri yang dimaksudkan dalam maqam ini adalah keadaan (hal) maqam ini. Tetapi hal adalah ragam (mode) iaitu penipuan diri sendiri ini menzahirkan bentuknya. Perlu diingat, bukan setiap orang dalam maqam ini dan lain-lain maqam akan mengalami semua fenomena yang mungkin berlaku dalam sesuatu maqam itu.



Kejadian fizikal yang berlaku dalam “maqam as-sirr” ini ialah demam, perasaan susah bernafas dan kadang-kadang rasa lemas. Ini terjadi kerana untuk sampai keperingkat ini memerlukan bertahun-tahun lamanya menjalankan amalan bernafas. Ketidak seimbangan boleh terjadi jika amalan ini dibuat secara tidak betul atau terlalu banyak. Tambahan pula bukanlah perkara yang luar biasa di peringkat ini seseorang itu diganggu oleh kejadian-kejadian alam ghaib. Gangguan jin adalah satu contoh. Jin boleh mengganggu manusia di mana-mana pereingkat, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Dalam keadaan demikian, pelbagai jenis amalan rohaniah yang melibatkan pernafasan digunakan sebagai penawarnya.



Sumber penting amalan bernafas ini ialah Al-Qur’an. Pelbagai permulaan dan perhentian nafas terdapat dalam Al-Qur’an dan pembacaannya pun berperingkat hingga ke sebelas peringkat. Vokal (huruf saksi) atau denyutan yang biasa dalam pembacaan. Miskipun hanya beberapa orang yang pada amalinya boleh membaca diperingkat yang tinggi . kita boleh mendengar pembacaan sampai dua minit dengan satu nafas dan gerak melalui 4 atau 5 deretan oktaf iaitu enam nada bunyi.



MAQAM AL-QURB

Di atas maqam as-sirr ialah maqam “al-qurb”. Erti ‘qurb’ ialah “kehampiran” dan juga membawa pengertian datang hamper, menuju, kejiranan, persaudaraan dan pertalian. Orang dimaqam ini sesungguhnya menikmati kehampiran dengan ALLAH yang Maha Tinggi. Di situlah langit yang paling tinggi, mengandungi ‘Arasy atau siggahsana ALLAH S.W.T Orang yang menduduki maqam ini mempunyai pandangan yang tinggi dan nampak sekalian alam makhluk dan juga memandang kea lam akhirat dan alam tempat bentuk-bentuk makhluk yang lain tinggal.



Di peringkat ini sangat sedikit ketidakseimbangan atau kesusahan dari segi kesihatan dan dari segi penyakit. Namun ketidakseimbangan yang sedikit itu mungkin jadi amat teruk. Satu dari hal dalam maqam ini ialah dzauk yang melampau. Orang yang dikuasai oleh hal ini digelar majdhub. Orang seperti ini hamper semua minat atau perhubungan dengan dunia ini. Mereka dalam keadaan gembira sepanjang masa ( gembira yang tidak dapat ditafsirkan oleh orang biasa ). Mereka tidak perduli sama ada mereka tidur,makan atau berpakaian. Mereka mabuk dengan ALLAH dan terserap dalam Yang Dikasihi (iaitu ALLAH).



Bergitu ganjil keadaan mereka yang berada di maqam berhampiran itu. Mereka melihat realiti dari peringkat yang lain dan jauh berbeza dari orang biasa. Keadaan ini sangat mengasyikkan dan sangat indah dalam cara dan tingkatnya sendiri tetapi ia bukan tujuan atau matlamatnya. Sebenarnya tidak perlu berada terus selama-lamanya diperingkat itu.



Ada orang dalam maqam ini tidak bercakap lebih 20 tahun lamanya. Mereka tenggelam dalam keadaan atau hal itu hingga tidak ada selera bendak berkata-kata taupun tidak mampu berhubung dengan orang lain. Lain-lain ketidakseimbangan dalam maqam ini ialah mereka dikuasai oleh perasaan lupa dan kadang-kadang seperti orang gila atau kurang siuman. Ia lupa apa yang dikatakannya sebentar tadi. Sebahagian daripada amalan peringkat ini ialah tafakur nafas dan mental. Hal seperti ini mungkin melampau dan keterlaluan hingga dia hilang ingatan lansung. Walau bagaimana pun jarang-jarang berlaku.



Banyak persamaan diperhatikan antara orang dalam peringkat kerohanian ini dengan orang yang berpenyakit mental. Orang mungkin menganggap mereka gila belaka. Kita perlu ambil kira tentang ketidakseimbangan roh jika hendak menganalisa keadaan mereka itu.



Satu persoalan yang belum disebut lagi tetapi terjadi dalam semua maqa ( lebih bahaya diperingkat maqam kehampiran ) ialah MENTUHANKAN DIRI SENDIRI, mengatakan diri sendiri ialah ALLAH. Naq’uzu-biLlah. Satu lagi ketidak seimbangan yang terjadi di dalam maqam ini ialah TIDAK PERCAYA KEPADA ALLAH.



Semakin tinggi dan semakin jauh seseorang itu naik dalam evolusi rohaniah ini, maka makin banyak ujian dan cubaan. Orang di peringkat ini telah lama memendamkan kehendak-kehendak nafsu badaniah dan mereka berjaya membimbing orang lain kejalan yang benar dan betul, dan oleh itu tentu sekali hebat diganggu syaitan, jin dan iblis.



Ada orang mengaku bahawa dia bercakap-cakap dengan ALLAH dan menerima bimbingan secara lansung daripada ALLAH. Sepatutnyalah kita sedar ALLAH berhubung dengan insan melalui malaikat Jibril, kecuali nabi Musa a.s. banyak amaran oleh mereka-mereka yang arif dan terdahulu merempuhi batasan ini tentang bahaya menganggap diri sendiri telah cukup kuat menentang tipu daya iblis dan syaitan atau manusia yang berwatak iblis. Syeikh Junaid r.a pernah berkata, “Orang yang mengambil dirinya sebagai guru adalah mengambil syaitan sebagai gurunya.”



MAQAM AL-WISAL

Ada satu maqam lagi iaitu yang terakhir ialah maqam “al-wisal” iaitu bersatu dengan ALLAH. Disini ALLAH dengannya ibarat yang mengasihi dan yang dikasihi. Bersatu dan berpadu dalam satu wujud sepanjang masa. Maqam ini tidak mampu dicapai dengan usaha dan amalan apa sekalipun. Ianya hanyalah hadiah dari ALLAH semata2. aLLAH yang menentukan dan memilih siapa yang dikehendaki-Nya, untuk mencapai maqam ini. Diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud r.a bahawa Nabi pernah bersabda:



“Di kalangan hamba-hamba Allah, ada 300 orang yang mempunyai pertalian dan perkaitan yang khusus dengan Allah dan hati mereka serupa dengan hati Nabi Adam a.s. 7 orang dengan hati yang serupa dengan hati Nabi Ibrahim a.s. 5 orang dengan hati yang serupa dengan hati malaikat Jibril a.s. 3 orang dengan hati yang serupa dengan malaikat Mikail. Seorang dengan hati yang serupa dengan hati malaikat Israfil. Apabila yang seorang itu meninggal dunia, seorang daripada yang lima itu akan menggantikan tempatnya. Apabila seorang dari yang 5 itu itu mati, seorang dari yangpada yang 7 orang itu akan menggantikan tempatnya. Apabila seorang daripada yang 7 itu meninggal dunia, seorang daripada yang 40 orang itu mengantikan tempatnya. Apabila seorang daripada yang 40 orang itu meninggal dunia, seorang daripada yang 300 orang itu akan mengambil tempatnya. Apabila seorang daripada yang 300 orang itu meniggal dunia, seorang daripada manusia umumnya menggantikan tempatnya. Oleh itu, demi mereka, ALLAH Taala mentadbir hidup, mati, turun hujan, menjadikan dan menghindarkan manusia dari malapetaka”



Tiga ratus orang itu tersenyum sepanjang masa dan tidak ada kaitan dengan hal-hal keduniaan. Mereka tidak perlu makan, minum tau tidur. Mereka telah melampaui batas-batas manusia biasa dan mereka boleh mengembara kemana sahaja di muka bumi dan di langit. Dalam sejarah manusia di muka bumi ini hanya beberapa orang sahaja yang telah sampai ketaraf atau tingkat ini. Sukar hendak diperihalkan dengan perkataan. Itulah matlamat ujud ini. Ini menyentuh janji yang kita buat dengan ALLAH sebelum kita dilahirkan kedunia nyata ini.



Orang-orang yang digelar Wali yang bererti “rakan ALLAH yang dikasihi-Nya”. Merekalah yang sebenarnya Khalifah ALLAH di muka bumi ini. Biasanya mereka tidak dikenal umum. Mereka ini diberi pengetahuan tentang hakikat kejadian alam semesta raya dan hal ehwal kemanusiaan. Merekalah yang ALLAH gunakan untuk menzahirkan “Perencanaan Ketuhanan” di muka bumi ini. Alat yang mereka gunakan ialah ma’rifatullah (mengenal dan mengetahui ALLAH).



Hanya sesiapa yang tergolong dalam bilangan 300 orang tersebut sahaja yang boleh dianggap sebagai ahli sufi yang tulen. Bagi yang lainnya itu barulah diperingkat peminat Kesufian sahaja.



Apabila sampai ke maqam ini tiadak ada lagi sakit fizikal (badan). Hanya satu kejadian fizikal sahaja yang tinggal iaitu cara meninggal dunia. Biasanya orang di peringkat ini bukan meninggal dunia kerana penyakit. Mereka diberitahu masa yang tepat untuk meninggalkan dunia ini dan dengan itu bolehlah membuat persediaan menghadapi maut. Sunggup pun dia mengetahui masa untuk meninggal dunia tetapi beliau tetap membuat kerja-kerja harian seperti biasa sahaja dengan penuh kesedaran hinggalah tiba waktunya dia menggadap yang Maha Pencipta.



Bagi orang seperti ini, saat-saat meninggal dunia itu adalah saat-saat yang ditunggu-tunggu dan dirindui, bahkan seperti hari keraian kerana mereka telah melepaskan hubungan dengan dunia ini melalui dzauk dan perasaan mereka. Mereka telah mengembara kealam kerohanian dengan roh mereka. Badan di bumi tetapi roh mereka menjelajah kea lam-alam lain. Tidak ada sesiapa yang boleh mengganggu dan menentang mereka. Orang seperti ini bebas daripada kesulitan dan permasalahan duniawi.



Kesimpulannya ialah. Ketaatan dan kehendak ALLAH jualah roh itu maju dari maqam permulaan (maqam an-nafs) hingga kemaqam akhir (maqam al-wisal). Cara untuk melangkah dari tingkatan rendah ke tingkatan tinggi itu ialah dengan melawan dan mengawal hawa nafsu. Dalam usaha ini ada amalan tertentu yang diaturkan oleh ALLAH S.W.T untuk menghasilkan kesan yang paling tepat , cepat dan cemerlang.



Banyak halangan dan rintangan dalam usaha kita hendak berjalan dalam perjalanan ini. Ego atau diri kita itulah ujian yang paling besar. Diri itulah percubaan yang paling besar. Mungkin kita bangun daripada tidur dengan keazaman hendak menumpukan hati (konsenterasi) kepada fikiran-fikiran yang paling suci, paling diberkati dan paling tinggi. Tetapi apa yang berlaku ialah kita mendapat panggilan telifon dari tempat kerja yang mengatakan kita telah hidalang pekerjaan, atau salah seorang pekerja di perusahan kita memberitahu yang kita telah mengalami kerugian beribu-ribu ringgit dan sebagainya. Kita pun hilang konsenterasi. Hanya pada malamnya kita kembali teringat pada keazaman kita tadi paginya.



Oleh yang demikian, kita mistilah selalu mengingati semula dan mengatakan niat kita itu. Pada mulanya memang sukar tetapi lama-kelamaan, lebih mudah dari yang kita bayangkan. Dan ianya menjadi kebiasaan kepada kita, kebiasaan yang paling positif. Akhirnya kita tidak akan mudah terlalai lagi dari keazaman untuk satu penhijrahan yang terbaik itu.



Seseorang itu tidak boleh melakukan amalan-amalan kerohanian ini bersendirian atau menurut logik akal fikiran sendiri sahaja. Bahayanya banyak. Inilah sebabnya kenapa memerlukan guru yang hidup untuk membimbing sepanjang masa.



Perihal maqam-maqam roh yang di tulis di sini hanyalah ringkasan sahaja. Sebenarnya hasil yang berkesan hanyalah dating dari ilmu,amal yang istiqomah dan mujahadah yang bertahun-tahun lamanya. Oleh itu mereka yang sampai ke terakhir - iaitu bersatu dengan ALLAH – adalah orang-orang pilihan ALLAH. Merekalah Wali ALLAH. Pada pandangan ALLAH mereka adalah kekasih, tetapi tidaklah melebihi para-para nabi itu. Dan mereka sendiri tidap pernah mengaku menjadi nabi atau setaraf dengannya. Mereka berdiri sebagai taulan bagi mereka yang berjalan menuju ALLAH dan sumber inspirasi bagi mereka yang ingin mendaki kepuncak kerohanian insan.



Bagi mereka yang ingin mencapai tujuan tersebut patuhilan seikhlas-ikhlasnya nasihat dan pimpinan kasih sayang dari Yang Maha Agung. Maha Terpuji, Maha Besar, Maha Mulia, Tuhan bagi malaikat dan roh, Maha Tinggi Kemuliaannya iaitu ALLAH S.W.T/ Al-hamdu Lillahi Tabbil ‘Alamin