Wednesday, June 23, 2010

isteri



Suami yg bijak adalah orang yg mau menerima segala kekurangan yg ada pada istrinya. Ia menyadari bahwa tdk ada wanita yg sempurna yg bisa memenuhi semua harapannya. Inilah salah satu kunci tercipta keharmonisan rumah tangga yg selayak dimiliki oleh tiap suami.



Pepatah mengatakan “tak ada gading yg tdk retak” tdk ada manusia yg sempurna. Kenyataan memang demikian siapapun dia selama dia disebut anak manusia entah wanita ataupun lelaki mesti ada kekurangan tdk ada yg sempurna dlm segala sisi. Memang ada manusia yg mempunyai banyak kelebihan namun jumlah mereka pun sedikit.



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Manusia itu hanyalah seperti seratus ekor unta yakni hampir-hampir dari seratus unta tersebut engkau tdk dapatkan satu unta pun yg bagus utk ditunggangi.”
Al-Khaththabi rahimahullahu berkata: “Mereka menafsirkan hadits di atas dgn dua sisi.” Beliau lalu menyebutkan sisi pertama. Setelah beliau berkata: “Sisi kedua: mayoritas manusia itu memiliki kekurangan. Adapun orang yg memiliki keutamaan dan kelebihan jumlah sedikit sekali. mk mereka seperti kedudukan unta yg bagus utk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.”



Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menyatakan: “Orang yg diridhai keadaan dari kalangan manusia yg sempurna sifat-sifat indah dipandang mata kuat menanggung beban .”
Ibnu Baththal rahimahullahu juga menyatakan yg serupa tentang makna hadits di atas: “Manusia itu jumlah banyak namun yg disenangi dari mereka jumlah sedikit.”
Dalam kaitan dgn kehidupan keluarga juga tdk bisa dipisahkan dgn pembicaraan tentang kekurangan dan ketidaksempurnaan manusia ini. Kesiapan menerima pasangan hidup dgn segala kekurangan yg ada pada menjadi satu kemestian.



Karena kita adl anak manusia yg tdk sempurna menikah dgn manusia yg tdk sempurna pula. Namun kenyataan dlm perjalanan rumah tangga terkadang muncul kekecewaan yg berbuah kebencian terhadap pasangan hidup krn kekurangan dimiliki walaupun tetap menyadari “tak ada gading yg tdk retak”.



Perasaan tdk suka ini bila muncul dari pihak istri mk biasa ia lbh bisa menekan dan “memaksakan” diri utk tetap menerima suaminya. Beda hal bila ketidaksukaan itu dirasakan oleh pihak suami mungkin pada akhir kebencian tumbuh di hati dan ujung vonis talak pun dijatuhkan.



Dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kita pahami bahwa jarang dijumpai orang yg terkumpul pada segala kebaikan dan kelebihan. Demikian pula pada diri wanita yg memang diciptakan dari tulang yg bengkok lbh jarang lagi didapatkan pada mereka segala kebaikan. Terkadang ada wanita yg paras cantik namun jelek lisannya. Terkadang ada yg ucapan dan tutur kata manis memikat namun tdk pandai bergaul dgn suami. Ada yg pandai bergaul dgn suami namun tdk bisa mengurus rumahnya. Adapula wanita yg jelita bagus perangai pandai bergaul dgn suami bisa mengatur rumah akan tetapi ia sangat pencemburu atau tdk giat dlm ibadah.
Keadaan-keadaan semisal ini harus dipahami oleh seorang suami agar ia tdk larut dlm ketidaksukaan kepada istri sebalik ia sabarkan diri dgn kekurangan yg ada.



Bersabar terhadap isteri

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَ عَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَ يَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Dan bergaullah kalian dgn mereka secara patut. Kemudian bila kalian tdk menyukai mereka krn mungkin kalian tdk menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan pada diri kebaikan yg banyak.”



Dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: dikarenakan paras yg buruk atau perangai yg jelek namun bukan krn si istri berbuat keji dan nusyuz mk dianjurkan utk bersabar menanggung kekurangan tersebut mudah-mudahan hal itu mendatangkan rizki berupa anak-anak yg shalih yg diperoleh dari istri tersebut.”



Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullahu berkata dlm Tafsir- terhadap ayat di atas: “Yakni mudah-mudahan kesabaran kalian dgn tetap menahan mereka sementara kalian tdk menyukai mereka akan menjadi kebaikan yg banyak bagi kalian di dunia dan di akhirat sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma tentang ayat ini: “Si suami mengasihani istri hingga Allah berikan rizki pada berupa anak dari istri tersebut dan pada anak itu ada kebaikan yg banyak.”



Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullahu berkata: “Sepantas bagi kalian – wahai para suami– utk tetap menahan istri walaupun kalian tdk suka pada mereka. Karena di balik yg demikian itu ada kebaikan yg besar. Di antara adl berpegang dgn perintah Allah dan menerima wasiat-Nya yg di dlm terdapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebaikan lain adl dgn ia memaksa diri utk tetap bersama istri dlm keadaan dia tdk mencintai ada mujahadatun nafs dan berakhlak dgn akhlak yg indah. Bisa jadi ketidaksukaan itu akan hilang dan berganti dgn kecintaan sebagaimana kenyataan yg ada.



Dan bisa jadi dia mendapat rizki berupa seorang anak yg shalih dari istri tersebut yg memberi manfaat kepada kedua orang tua di dunia maupun di akhirat. Tentu semua ini dilakukan bila memungkinkan utk tetap menahan istri dlm pernikahan tersebut dan tdk timbul perkara yg dikhawatirkan.



Bila memang harus berpisah dan tdk mungkin utk tetap seiring bersama mk si suami tdk dapat dipaksakan utk tetap menahan istri .”
Sehubungan dgn permasalahan ini Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika ia tdk suka satu tabiat/perangai mk ia ridha dgn tabiat/ perangai yg lain.”



Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Hadits ini menunjukkan larangan yakni sepantas seorang suami tdk membenci istri krn bila ia mendapatkan pada istri satu perangai yg tdk ia sukai namun di sisi lain ia bisa dapatkan perangai yg disenangi pada si istri. Misal istri tdk baik perilaku akan tetapi ia seorang yg beragama atau berparas cantik atau menjaga kehormatan diri atau bersikap lemah lembut dan halus pada atau yg semisalnya.”



Dengan demikian tdk sepantas seorang suami membenci istri dgn penuh kebencian hingga membawa dia utk menceraikannya. Bahkan semesti dia memaafkan kejelekan istri dgn melihat kebaikan dan menutup mata dari apa yg tdk disukai dgn melihat apa yg disenangi dari istrinya.



Ibnul ‘Arabi rahimahullahu berkata: Abul Qasim bin Hubaib telah mengabarkan padaku di Al-Mahdiyyah dari Abul Qasim As-Sayuri dari Abu Bakar bin Abdirrahman ia berkata: Adalah Asy-Syaikh Abu Muhammad bin Zaid memiliki pengetahuan yg mendalam dlm hal ilmu dan kedudukan yg tinggi dlm agama. Beliau memiliki seorang istri yg buruk pergaulan dgn suami. Istri ini tdk sepenuh memenuhi hak bahkan mengurang-ngurangi dan menyakiti beliau dgn ucapannya. mk ada yg berbicara pada beliau tentang keberadaan istri namun beliau memilih utk tetap bersabar hidup bersama istrinya.



Beliau pernah berkata: “Aku adl orang yg telah dianugerahkan kesempurnaan ni’mat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm kesehatan tubuhku pengetahuanku dan budak yg kumiliki. Mungkin istriku ini diutus sebagai hukuman atas dosaku mk aku khawatir bila aku menceraikan akan turun padaku hukuman yg lbh keras daripada apa yg selama ini aku dapatkan darinya.”



Sulit meluruskan kebengkokan isteri

Seorang suami tentu tdk boleh berdiam diri membiarkan begitu saja kekurangan yg ada pada istrinya. Bahkan dia harus berupaya meluruskan dgn lembut dan perlahan agar tdk mematahkannya. Tentu lurus istri tdk bisa sempurna krn akan tetap ada kebengkokan pada sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk yg bengkok.2 Dia tdk akan lurus untukmu di atas satu jalan. Jika engkau bersenang-senang dengan mk engkau bisa melakukan namun pada ada kebengkokan. Bila engkau paksakan utk meluruskan mk engkau akan mematahkan dan patah itu adl menceraikannya.3″



“Mintalah wasiat dari diri-diri kalian dlm masalah hak-hak para wanita4 krn sesungguh wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan yg paling bengkok dari tulang rusuk itu adl bagian paling atasnya. Bila engkau paksakan utk meluruskan mk engkau akan mematahkannya. Namun bila engkau biarkan ia akan terus menerus bengkok. mk mintalah wasiat dari diri-diri kalian dlm masalah hak-hak para wanita.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Dalam hadits ini bersikap lembut kepada para istri berbuat baik kepada mereka bersabar atas kebengkokan akhlak/perangai mereka serta bersabar dgn kelemahan akal mereka. Hadits ini juga menunjukkan tdk disukai menceraikan mereka tanpa sebab dan tdk boleh terlalu bersemangat/ berlebihan utk meluruskan mereka wallahu a’lam.”



Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata: “Dipahami dari hadits ini bahwasa tdk boleh membiarkan istri di atas kebengkokan apabila ia melampaui kekurangan yg merupakan tabiat dgn melakukan maksiat atau meninggalkan kewajiban. Adapun dlm perkara-perkara mubah ia dibiarkan apa adanya. dlm hadits ini menunjukkan disenangi penyesuaian diri utk menarik jiwa mengambil dan mendekatkan hati sebagaimana hadits ini menunjukkan pengaturan terhadap para istri dgn memaafkan mereka dan bersabar atas kebengkokan mereka. Siapa yg hendak meluruskan mereka mk akan luput dari kemanfaatan yg diperoleh dari mereka sementara tdk ada seorang lelaki pun yg tdk merasa butuh terhadap wanita guna memperoleh ketenangan dengan dan utk menolong dlm kehidupannya. Sehingga seakan-akan bisa dikatakan: Berni’mat-ni’mat dgn wanita tdk akan sempurna kecuali dgn bersabar terhadap mereka.”
Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.




1 Rahilah adl unta yg cerdik pilihan dan bagus utk ditunggangi ataupun utk keperluan lain krn sifat-sifat yg sempurna.
2 dlm hadits ini ada dalil terhadap ucapan fuqaha atau sebagian mereka bahwasa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها
“Dia menciptakan kalian dari jiwa yg satu dan Dia menciptakan dari jiwa yg satu itu pasangannya.”



3 Bila engkau menginginkan istrimu utk meninggalkan kebengkokan mk ujung dari perkara ini adl berpisah dengannya.
4 Atau dgn makna: Aku wasiatkan kalian agar berbuat kebaikan terhadap para wanita mk terimalah wasiatku ini tentang perkara mereka dan amalkanlah.

No comments:

Post a Comment