Friday, May 21, 2010

Allahurabbi



Seorang hamba itu di pembaringannya, sambil kedua matanya basah kerana menyesali segala dosa yang dilakukannya,dan hatinya semata-mata mengharapkan keredhaan Tuhannya.

Kerana dia tahu, dia takut, membayangkan saat-saat apabila seluruh kehidupannya itu dipertontonkan kepada khalayak manusia kelak, pasti orang-orang yang pernah mengenalinya di dunia ini akan merasa jijik sekali dengan dirinya, pasti orang yang pernah mengagumi dirinya akan merasakan betapa hinanya dirinya itu.Maka saat seluruh manusia menistanya, siapa lagi yang harus diharapkannya?Siapa lagi yang bisa membelanya?Siapa lagi yang sudi menerimanya?Siapa lagi yang harus diharapkan melainkan Allah swt sajalah yang selayak-layak pengharapan itu…



Seorang hamba itu lantas meratap, air matanya terus mengalir tanpa henti.Mengharapkan Allah sajalah semata-mata.Sementara belum terlambat lagi, sementara belum tiba saat dirinya akan dinista manusia di Mahsyar kelak, sementara pintu taubat masih terbuka luas, maka pintalah keredhaan Allah dengan sepenuh hati.

Mata hamba itu terus saja basah dengan butiran mutiara jernih.Mengenangkan bagaimana pengakhiran kehidupannya kelak.Sedangkan dalam usia yang telah dilaluinya, betapa banyak sekali masa yang disiakan, amanah yang dikhianati, amalnya yang compang camping, hipokritnya di sana sini.Astaghfirullah, hamba itu terus saja menangis.Menangis kerana dia telah melupakanNya, melupakan kesaksiannya yang telah dicatat di dalam surah al-A’raf ayat 172.



Satu bisikan suara lantas muncul dari sisinya.”Apakah kamu tidak merindui Allah swt?Sampai hati sekali kamu melupakanNya, walhal Allah sedang merinduimu saat ini.”

Saat itu matanya bertambah deras mengalirkan air matanya.Jiwanya terusik sekali. Allah sedang merindukan rintihan hambaNya.Kenangannya berputar kembali.

Suatu ketika dahulu dia pernah berdoa kepada Tuhannya.”Wahai Tuhanku, saat ini aku sedang mengingatiMU, namun akan tiba pula saatnya kelak aku boleh jadi lupa kepadaMu, maka jika tiba saat itu, janganlah Engkau lupa kepadaku, tetapi bimbinglah hatiku agar kembali mengingatiMu, kembalikan ingatan dan kenanganku yang indah ini kepadaku saat aku melupakan Mu itu.Dan jangan sekali-kali Engkau meninggalkanku wahai Tuhanku.”



Hamba itu terus menangis, kerana dia telah melupakan Allah.Dia kembali mengingatkan, bahawa seorang soleh pernah bermimpi berjumpa Zun-Nun Al-Masri. Kemudian dia bertanya,”Apakah yang Allah lakukan terhadapmu?”Zun Nun menjawab,”Allah memanggilku menghadapNya seraya berkata,”Wahai orang yang mengaku-ngaku,wahai pendusta,engkau mengaku cinta kepada -Ku.Namun kemudian Engkau melupakan-Ku.”

Engkau selalu lupa

Sedang hatimu tetap lalai

Padahal umur kian tiada

Namun dosamu semakin bertambah.



Fikirannya terus mengingatkan pula akan kisah yang diriwayatkan oleh Abu Ali Ad Daqaqi .

“Aku datang menjenguk lelaki soleh sedang sakit.Dia dikerumuni oleh murid-muridnya.Dia memang seorang guru besar.Ketika itu dia kelihatan menangis.Padahal umurnya sudah lanjut.Maka ku tanya dia,”Wahai Syeikh,apakah engkau menangis dunia ini?”Dia menjawab,”Bukan,aku menangis kerana aku tidak dapat bersolat lagi.”Dia menerangkan,”Kerana ini hari terakhir bagiku.Padahal aku sujud dalam keadaan lalai.Aku angkat kepalaku pun dalam keadaan lalai.Jangan-jangan aku mati dalam keadaan lalai juga.”Kemudian dengan nafas terputus-putus, dia membacakan syair:



Kufikirkan hari perhimpunan dan Kiamat

Juga tertanamnya pipiku di bawah pusara

Sendirian, tanpa teman, setelah mulia dan jaya

Tubuhku tergadai dengan tanah liat

Kurenungkan panjang dan lebarnya hisab

Juga hinanya makamku waktu diberi kitab

Namun harapanku kepada Engkau

Wahai Tuhanku

Wahai Penciptaku

Engkau ampuni kesalahanku.



Malam yang hening terus berlalu. Hamba itu terus hanyut dalam pengharapannya. Ingatannya yang hilang telah dikembalikan kepada Tuhannya. Hembusan angin malam terus bertasbih bersama jiwa hamba.

Allahurabbi

No comments:

Post a Comment